Friday, July 6, 2007

Gagak Putih

Cerita Rakyat Myanmar


Dulu, di Myanmar burung merak dan burung gagak berwarna putih bersih. Penampilan mereka jaman dulu berbeda dengan penampilan mereka sekarang, namun sifat mereka tidak berubah. Burung gagak adalah pengurus rumah tangga yang buruk, sarangnya selalu kotor dan tidak teratur, ditambah lagi dia jarang mandi, maka dari itu bulunya selalu kotor. Merak memiliki sifat yang bertolak belakang, dia rapi dan bersih, sarangnya selalu rapi, dan merak selalu mandi beberapa kali sehari, maka dari itu bulunya berwarna putih bersih.

Merak sangat kawatir dengan sifat gagak. suatu hari ia melihat gagak makan sembarangan. "Jangan makan makanan busuk, biji dan buah segar jauh lebih baik bagimu", ujar merak kepada gagak, Tapi dasar malas, si gagak tetap saja memakan makanan yang diperolehnya tanpa harus bekerja.

Suatu hari gagak datang dengan tubuh penuh dengan lumpur, ia melihat tubuh merak yang putih bersih dan mengkilat. "Apakah hari ini kau habiskan untuk mencuci bulumu?" tanya gagak kepada merak. "Ya benar, tampaknya bulumu juga perlu di cuci, gagak" Sahut merak. dengan malas gagak menyetujui tawaran itu.

Ketika merak memandikan gagak, ia berkata "Seandainya kita berdua memiliki berwarna - warni, orang pasti tertarik kepada kita." "ah apa bedanya?" sahut gagak. "Gagak, kita akan menjadi burung paling indah di dunia. Bagaimana kalau kau mengecat bulumu, dan nanti ganti kau yang mengecat bulukku?"kata merak. Gagak menyetujui usul sahabatnya itu dan ia mau mengecat bulu merak terlebih dahulu. Dengan senang hati merak membimbing gagak untuk mengecat bulunya. Merak sangat gembira melihat hasilnya yang indah dan menawan. "Betapa indahnya, sekarang giliranku untuk mengecat bulumu, gagak." kata merak dengan riang.

Pada saat merak akan melukis bulu sahabatnya itu gagak melihat bangkai tupai terapung di sungai. dengan tak sabar gagak ingin menyantap bangkai itu. "Merak cepatlah. lukis buluku dengan satu warna saja supaya cepat selesai." "sabar gagak, aku akan melukis bulumu seindah buluku." kata merak.

"Tidak usah, cat aku dengan satu warna saja. Hitam. aku lapar, tidak tahan lagi niiih" jawab gagak.Merak menuruti perintah gagak, ia menuang cat hitam ke tubuh gagak, dan seketika gagak berubah menjadi hitam. Setelah selesai si gagak langsung menyerbu bangkai tupai yang terapung di sungai itu.

Sejak kejadian itu, burung merak memiliki bulu yang indah sedangkan bulu gagak berwarna hitam.

Akibat tidak bisa menahan nafsu makan dan kurang sabar gagak tidak memiliki bulu indah yang berwarna - warni.

#ditulis ulang dari majalah INA edisi 19 tahun 1999#

Tuesday, March 27, 2007

Asal Mula Salju

Putri salju adalah seorang putri yang sangat cantik jelita. Begitu cantiknya sehingga ia menjadi kebanggaan rakyat negeri awan putih. Baginda raja dan ratu sangat berharap, kelak sang putri akan mendapatkan pangeran yang tampan dan sepadan dengan putri.

Putri salju sendiri tidak pernah memikirkan untuk menikah. Ia sangat senang hidup di negerinya bersama orang tua dan rakyat yang menyayanginya.

Suatu hari, ada seorang pangeran calon raja dari negeri angin. Pangeran itu sangat gagah dan cerdas, setelah melihat putri salju, ia berniat untuk mempersunting putri salju. Raja dan ratu langsung menyetujuinya. Putri salju dengan sedih menerima karena ia tidak ingin melawan orang tuanya.

"Baiklah, kalau putri bersedia. Bulan ini kita segera menikah." Kata pangeran dengan hati gembira. Putri salju sangat terkejut mendengar rencana pernikahan yang begitu cepat.
"Aku tidak mau menikah pada bulan ini," kata putri salju."
"Mengapa? lebih cepat lebih baik. aku masih harus mengerjakan banyak hal untuk negeri dan rakyatku" pangeran berkata dengan gusar.
"Sekarang masih musim dingin, banyak pepohonan beku, bunga belum bermekaran, tunggu bulan depan saja, bunga sudah mulai kuncup dan bermekaran. Aku ingin pada bulan pernikahanku dihiasi dengan harum bunga, kicau burung, semua menjadi lebih indah." jelas putri salju,
"Tidak bisa!! tugasku menumpuk. pokoknya harus bulan ini." kata pangeran tegas.

Pangeran segera pulang ke negeri angin, puteri salju sangat sedih dan menangis tersedu - sedu. ayah puteri salju menghibur puteri salju, ia berjanji akan memetik bunga - bunga di taman kaca istana dan akan membawa seluruh koleksi burung di istana.

Seminggu kemudian hari pernikahan tiba. pangeran telah siap dengan pakaian kebesaran. dengan diiringi pengawal dan pembesar istana yang angkuh. Mereka membawa banyak hadiah untuk calon mempelai perempuan. perhiasan, pakaian, sutra, sepatu. semua sangat indah dan mahal.

Namun bagi putri salju, saat itu adalah saat paling kelabu bagi puteri salju. Tidak ada harum bunga, kicau burung, dan rimbunnya daun. Udara begitu dingin menusuk tubuh.

Dalam hati putri salju berharap agar mau mengucapkan kata - kata yang lembut dan manis, sebagai ungkapan cintanya pada putri salju.

"Apakah kau benar - benar mencintaiku?" bisik putri salju di tengah keramaian pesta.
"Tentu, tapi jangan harap kau bermanja - manja, bila nanti tiba di istanaku, rakyat menginginkan seorang permaisuri yang bijaksana. Tidak manja dan cengeng." Jawab pangeran.

Putri salju terkejut mendengar jawaban pangeran. Pangeran ternyata begitu dingin, putri salju sangat sedih. Selama upacara pernikahan putri salju menahan kekecewaannya.

"sekarang kita sudah menikah, segeralah berkemas. kita harus segera ke negeri angin, banyak tugas yang harus ku selesaikan." kata pangeran,
Putri salju memandang suaminya, dia berharap pangeran dapat memahami hatinya. Namun harapannya sia - sia.
"Bunga - bunga ini sangat indah, bolehkah kubawa atau kupasang di kereta kuda kita?" pinta putri salju.
"Bunga - bunga itu hanya akan mengotori kereta. Kita berangkat sekarang juga." jawab pangeran.

Putri salju kecewa dan merasa kesal. Sebelum pergi meninggalkan orangtua dan istananya, ia berjalan ke ruang - ruang istana yang sebentar lagi akan ditinggalkannya. Banyak kenangan masa kecil yang melintas di matanya. air matanya menitik sedih.

Ketika ia menaiki kereta kuda pangeran terhadilah peristiwa yang mengagumkan. Para dayang berlarian keluar istana dan menghampiri putri salju.
"Putri jangan pergi dulu," kata seorang dayang. "Lihat banyak gumpalan putih dan lembut jatuh dari langit seperti kupu - kupu."

Semua tampak indah dan mengagumkan. pangeran dan pengawalnya pun tertegun kagum melihat kejadian itu.

tidak tahu pasti apa yang menyebabkan terjadinya gumpalan putih tersebut. Namun banyak yang menduga, gumpalan itu adalah lambang dari kesedihan putri salju. mulai hari itu seluruh orang menyebut gumpalan putih dari langit itu dengan nama salju.

#Di sadur dari majalah INO edisi II tahun 2002#

Sunday, March 25, 2007

Tutung si nakal yang jago melempar

Tutung adalah seekor monyet yang mulai beranjak remaja, walaupun begitu, tingkah lakunya tak ada ubahnya dengan anak - anak, justru si tutung semakin nakal. Banyak anak - anak monyet yang menjadi korban kenakalannya. Ia selalu menimpuk teman - temannya dengan buah busuk dari atas pohon. salah satu korbannya adalah ladu si landak, pelindung tubuhnya yang berupa duri tertancap pepaya dan buah - buahan lain, hal itu membuatnya sulit bergerak. Untunglah ada kijang dan jerapah yang mau membantu landak untuk melepas buah - buah yang menancap di tubuhnya.

Semua penghuni hutan jengkel dengan tutung, akhirnya mereka sepakat untuk melaporkan ulah tutung kepada ibunya. "Hari ini ulah tutung sangat keterlaluan" begitu kata ladu kepada tutung. "apakah kau tidak bisa menasihati anakmu?" tanya ibu jerapah. "Maafkan anakku," kata ibu tutung. "Dia memang nakal dan manja, sudah berulangkali dinasehati dan dihukum, tetapi tidak pernah jera juga." Ibu tutung menjawab dengan putus asa.
"Kalau dalam satu minggu ini dia tidak bisa mengubah sikapnya, kami akan melaporkannya pada singa si penguasa rimba, supaya ia mendapat hukuman berat," Gajah menyahut dengan geram.
"Baiklah, dalam waktu dekat ini saya akan berusaha untuk merubah tabiatnya yang jelek itu." Ibu tutung mencoba meredam amarah penghuni hutan.

Hari - hari berikutnya, berkat usaha keras bu tutung, akhirnya tutung sudah tidak senakal dulu lagi meski belum bisa dikatakan penurut.

Suatu hari datanglah dua orang pemburu. Seisi hutan menjadi panik. Senapan pemburu berdentum kemana-mana. Semua binatang bersembunyi karena takut menjadi korban pemburu itu. Singa sebagai raja hutan merasa bertanggungjawab atas keselamatan seluruh penghuni hutan, akhirnya ia memutuskan untuk menghadapinya sendirian. Singa berkelahi dengan sengit. Ketika dia berhasil mengalahkan seorang pemburu, tutung yang bersembunyi di atas pohon melihat teman si pemburu membidik singa dengan senjatanya, tutung yang bersembunyi diatas pohon kelapa segera melemparkan buah kelapa yang ada di dekatnya, dan..

Pluk .. !!!

Lemparan tutung tepat mengenai teman si pemburu. Pemburu itu terhuyung - huyung karena pusing, akhirnya karena merasa lelah dan kalah, kedua pemburu itu segera menarik temannya dan berlari secepat mungkin keluar dari hutan.

Setelah pemburu kabur, seisi hutan keluar dari persembunyianya dan mengucapkan terimakasih serta penghargaan kepada singa dan tutung. Tanpa keahlian tutung melempar, singa tidak akan selamat dan semua warga bisa celaka. Sekarang, mereka menganggap tutung sebagai pahlawan, tetapi tutung tidak menjadi sombong dan menjadi anak yang baik.



Friday, March 23, 2007

Bidadari Bintang

Diangkasa luas, bertahtakan bidadari bintang sebagai penguasa bintang - bintang di langit. Ia dikenal sangat tegas, keras hati, dan penuh disiplin. Bidadari bintang sangat hapal dengan jumlah bintang - bintang di langit. Tugas bidadari bintang adalah menyalakan bintang - bintang itu bila malam tiba. Satu demi satu bintang itu di sulut, sehingga menjadi terang.

"Kalian boleh bermain - main siang hari, tapi pada malam hari harus ada di tempat yang telah ditentukan." Kata bidadari bintang kepada bintang - bintang. "Sebab malam hari ditandai dengan bintang bersinar. Jika kalian tidak disiplin, saya tak akan memberi ampunan."

Menurut cerita, jika ada bintang yang tetap berkeliaran saat malam tiba, Bidadari Bintang akan menjatuhkan hukuman berat, yaitu tak mau menyalakan, atau bahkan memukul hancur. Itulah mengapa dimalam hari terkadang terlihat bintang jatuh. Jatuh dan hancur berkeping - keping hingga menjadi abu.

Bidadari bintang juga terus beredar mengelilingi angkasa luas untuk mengecek apakah bintang - bintang melaksanakan tugasnya dengan baik. Tak boleh bergeser. "Karena keberadaan kalian di langit dipakai sebagai pedoman bagi para pelaut untuk menentukan arah." Semua bintang mengetahui dalam hal ini bidadari bintang sangat tegas.

MAKA semua bintang merasa cemas ketika bidadari bintang memeriksa, tidak menemukan bintang kecil ditempat dimana ia seharusnya berada. ternyata bintang kecil menggeser diri, turun ke bawah.

Tentu saja bidadari bintang sangat murka "Kamu tahu kesalahan terbesarmu bintang kecil?" tanya bidadari bintang kepada bintang kecil.
"Hamba mengetahui..."
"Kamu siap untuk dihancurkan ?"
"Hamba siap menerima hukuman."
"Sekarang katakan mengapa kamu bergeser ke bawah?"
"Hamba merasa kasihan pada seorang anak di suatu desa. Keluarga anak itu miskin, sehingga tidak mampu membeli minyak tanah untuk penerangan. Anak itu ingin belajar. saya merasa kasihan padanya, lalu saya menggeser turun ke bawah agar anak itu bisa belajar..."

Bidadari Bintang luluh hatinya, ternyata bintang kecil bukan nakal atau bermain - main. Tujuannya jelas, membantu seorang anak yang memerlukan penerangan untuk belajar.

"Saya maafkan, tapi kamu tetap dapat hukuman. Mulai sekarang, setiap malam, kalau anak itu memerlukan penerangan untuk belajar kamu turun ke bawah. nanti kalau kamu tidak diperlukan lagi, kamu kembali ke tempatmu."
"terimakasih atas kemurahan hati bidadari...." bintang kecil tersenyum senang.

Sejak saat itu, bintang kecil selalu menemani anak kecil itu belajar. Bidadari bintang ternyata seorang pemimpin yang berpandangan luas, tidak kaku, tapi bisa mengerti perubahan dan perkembangan. Itulah sebabnya semua bintang di angkasa patuh dan menghormatinya.

#disadur dari majalah INO edisi II, tahun 20023

Baju Baru Ayah

Kadang saya merasa malu, ketika teman - teman datang ke rumah. Bukan karena keluarga saya hidup sedertthanam tapi karena penampilan ayah yang selalu seadanya. Pakaiannya tidak pernah rapi, bajunya hanya itu - itu saja. Ketika saya mengusulkan ayah untuk membeli baju baru, ia hanya tertawa. "Yang penting kan bersih," kata ayah. Memang betul sih, tetapi saya sebagai anak tunggalnya kan merasa risih dan malu. Bagaimanapun saya ingin ayah tampil wajar, tidak seperti orang yang tidak mampu membeli pakaian.

Tapi ayah tidak peduli. Keinginan saya baru terkabul ketika ibu meninggal. entah dengan alasan apa, tiba - tiba ayah membeli baju baru yang cukup mahal dan mewah. Mungkin yang heran bukan hanya saya, tetapi juga para pelayat.

"Untuk menghormati ibumu," jawab ayah suatu saat. Dalam hati saya bertanya - tanya, kenapa ayah melakukannya ketika ibu sudah tidak ada, bukannya ketika ibu masih hidup.

Jawabannya baru saya temukan ketika beberapa bulan kemudian. Ketika saya tengah berjalan - jalan dan melihat pakaian seperti yang dikenakan ayah, dipajang di sebuah toko. Tanpa berpikir panjang, saya masuk ke toko itu.

Berawal dari tanya harga, sayapun berbincang dengan ibu pemilik toko. "Saya kenal ayahmu sudah sejak lama, Ia memang sering datang kemari untuk melihat pakaian baru, tetapi ia tidak pernah membelinya. Hanya memandang dan memegang. Ketika saya tanyakan kepada ayahmu, mangapa ia tidak membeli pakaian yang diinginkannya, Jawabnya, karena kamu masih membutuhkan biaya untuk keperluan lain, termasuk membeli pakaian yang kamu kenakan sekarang ini."

Mendengari itu, sayapun menangis terharu. Ternyata ayah lebih mementingkan keperluan anaknya daripada kepentingannya sendiri. Saya sungguh merasa berdosa karena sering menganggap ayah pelit.

Kemudian ibu pemilik toko berkata, "Biar begitu, ayahmu selama ini merasa selalu berpakaian indah. Itulah ungkapan kebahagiaan, karena bisa membesarkan dan memberimu sesuatu yang lebih."

Saya sungguh terharu, dalam hati saya menyesal karena tidak bisa membaca pengorbanan ayah selama ini.

#Disadur dari majalah Ino edisi II, tahun 2002#

Membagi buah APEL

Pada suatu hari, burung gagak, kijang, musang, dan kura - kura berjanji bertemu dibawah pohon kesambi besar di kaki bukit. Mereka telah lama menjalin persahabatan dan saling membantu dalam kehidupan. Jika musang menginginkan buah mangga, burung gagak akan mencarikannya, Jika burung gagak memerlukan udang, kura - kura akan mencarikannya di sungai. Jika kijang ingin makan rumput hijau, si gagak akan terbang mencari padang berumput hijau kemudian menunjukkan tempat itu kepada sahabatnya.

Yang pertama datang dibawah pohon kesambi adalah kijang dan musang. Lama sekali mereka menunggu teman - teman yang lain. "Heran, biasanya gagak selalu datang lebih dulu," kata kijang. "Mungkin dia menjemput kura - kura dulu,"kata musang.

Dari kejauhan terdengar suara gagak berkaok - kaok. "Nah, gagak telah datang," ujar musang. "Ya, tetapi suaranya tidak seperti biasanya," kata kijang.

Beberapa detik kemudian, gagak datang dan hinggap di punggung kijang. " Mengapa terlambat, kawan?" tanya musang. "Kura - kura tidak ada di tempat," jawab Gagak.
"Tidak kau cari?" tanya kijang.
"Telah kucari di rumahnya, ditempat saudaranya, dimana-mana, tetapi tidak kutemukan. aku akan mencarinya lagi, kalian harus beerangkat juga, nanti kita bertemu di batu besar" gagak berkata dengan panik.

Burung gagak segera mengepakkan sayapnya, berkaok - kaok di udara memanggil kura - kura. Dia berkeliling kesana - kemari, akhirnya menuju sebuah lembah. Dengan mata jeli, dia memperhatikan ke lembah, hampir satu jam dia berkeliling, tetapi dia tidak melihat kura - kura.

Pada saat burung gagak hampir putus asa, tiba - tiba tampak titik kecil di tengah sawah, si gagak mendekat dan dia melihat seorang laki - laki menggendong sesuatu. Setelah diperhatikan dengan cermat, ternyata gendongan itu berupa suatu perangkap. Betapa terkejutnya si gagak ketika melihat kaki kura - kura tersembul dari sela - sela lubang jaring.

Secepat mungkin, burung gagak terbang menemui musang dan kijang. Mereka telah menunggu di dekat batu besar. gagak hinggap di punggung kijang dengan tergopoh - gopoh.

"Gawat...Gawat..!!" gagak berkata dengan napas tersengal - sengal.
"apa yang terjadi dengan kura - kura?" tanya kijang
"Dia ditangkap oleh pemburu" jawab gagak
"Dimana...???" Musang mulai panik
"Ditengah sawah yang luas itu, kura - kura dimasukkan kedalam jaring perangkap. Pemburu itu menuju arah tenggara. Kira - kira ia akan melintasi jalan lain yang bisa melintasi sungai ini."
"Begitu pemburu itu lewat, dia akan kuserang" Kata musang dengan marah.
"Tapi pemburu biasanya membawa senjata, kalau kau serang bisa - bisa kau celaka, apalagi tanpa perhitungan." kata kijang.
"Tidak apa - apa aku rela mati demi sahabat !!" Musang semakin marah
"Kalau kamu cinta pada kura - kura, kita harus kompak, kita atur cara sebaik - baiknya sehingga kura - kura bisa terlepas dari pemburu" Kata kijang
"Ya, itu pikiran yang bagus." gagak menyahut."Ayo kita sekarang mencari cara untuk menolong kura - kura"

Ketiga binatang itu berunding, setelah sepakat mereka berangkat ke selatan.

Kijang dan gagak siap di ladang sekitar sungai, sedangkan musang bersembunyi di semak - semak dekat jalan yang akan dilalui si pemburu.

Beberapa saat lamanya muncullah si pemburu. Burung gagak berteriak keras lalu pura - pura menyerang kijang. Kijang melompat ke sana ke mari untuk menghindari serangan si gagak.

Si pemburu tertarik melihat gagak dan kijang berkelahi, pikirnya,"Wah, kijang yang berkelahi dengan gagak itu gemuk sekali dagingnya pasti empuk. kalo berkelahi seperti itu, tentu dia lengah dan mudah ditangkap."

Pemburu meletakkan gendongannya ke tanah di tepi jalan. Perlahan ia melewati sela - sela pohon perdu yang tumbun di situ. Ia mengendap - endap mendekati kijang yang sedang berkelahi dengan gagak. setelah agak dekat, kijang melompat dan gagak terbang menjauh. Ketika pemburu sedang berusaha mendekati kijang, si musang keluar dari persembunyiannya dan menuju gendongan si pemburu. dengan giginya yang tajam, musang memutuskan tali yang mengikat kura - kura. Dalam beberapa menit saja, kura - kura bisa bebas.

"terimakasih sahabatku,: kata kura - kura.
"Cepat menyelamlah kedalam sungai, aku akan menjagamu." Kata musang.

Sementara itu, musang segera masuk ke dalam rumpun bambu sambil memekik nyaring. Mendengar suara musang, kijang dan gagak mengerti bahwa kura - kura sudah bebas. Kijang segera berlari kencang menuju semak belukar, sedangkan gagak terbang tinggi ke udara.

Pemburu itu keheranan melihat perkelahian gagak dan kijang selesai tanpa ada yang melerai. Ia berbalik dan bermaksud mengambil kura - kura. betapa terkejut ia ketika menemukan jaringnya sudah kosong.

#disadur dari tulisan St. P. Gunaji, majalah Mentari edisi agustus 1999#

Thursday, March 22, 2007

Payung Centil

Hampir setiap hari hujan turun. " Kalau mau pergi, jangan lupa bawa payung," pesan ibu pada Lana.

Ah.....

Tapi Lana bosan dengan payung yang ada di rumahnya. Dua payung milik ibu semua berwarna hitam. "Lana ingin punya payung baru yang bagus, Bu." pinta Lana. Tapi ibu hanya tersenyum. Ibu kemudian mengeluarkan perkakas untuk pekerjaan tangan. Ada gunting, lem plastik, dan aneka bekas kantung belanja dari plastik.
Lina terbengong - bengong melihat ibu..

"Sekarang kita membuat payung ibu menjadi baru" ajak ibu. Ibu mulai membuat pola pada kantung belanja yang berwarna - warni. Ada ikan, kupu - kupu, bunga, matahari. setelah jadi, ibu menempel guntingan itu pada payung hitam dengan hati - hati.

"Wah payung ini jadi cantik sekali. Ini namanya payung centil !!!" Seru Lana gembira. Ia pun berusaha dari ibu untuk membuat satu lagi payung centil.

#ditulis oleh Benny Rhamdani; Majalah MOMBI edisi 10 tahun 2003#